Sabtu, 27 Juli 2013

kajian sosiologi


OBJEK KAJIAN SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

Emile Durkheim menjelaskan, bahwa objek studi sosiologi adalah fakta atau realitas sosial. Fakta sosial menurut Durkheim, harus dipelajari melalui kegiatan penelitian. Salah satu realitas sosial adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sosiologi mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok yang dibangun manusia dalam kehidupannya di masyarakat dapat berupa keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, organisasi sosial, organisasi keagamaan, organisasi politik, organisasi bisnis, dan lain-lain.

Max Weber berpendapat, bahwa pokok pembicaraan sosiologi adalah tindakan sosial. Tidak semua tindakan manusia tergolong tindakan sosial. Tindakan yang berorientasi kepada orang lainlah yang termasuk tindakan sosial. Ini berarti, bahwa sosiologi mempelajari interaksi manusia yang satu dengan manusia yang lain (interaksi sosial). Interaksi sosial dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial, sehingga sosiologi juga merupakan kajian mengenai proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Weber berpendirian bahwa hanya individu-individulah yang nyata secara obyektif, dan masyarakat hanyalah satu nama
yang menunjuk pada sekumpulan individu-individu. Weber juga menambahkan, bahwa seorang individu dan tindakannya sebagai satuan dasar. Pemikiran seperti ini juga tampak jelas pada konsep yang
diajukan Karl Marx (1818-1883) yang menganggap bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Marx berpendapat bahwa akibat kapitalisme, masyarakat Eropa terbagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas kaum borjuis yang menguasai semua aset produksi, dan kelas kaum proletar yang miskin dan tertindas. Oleh karena itu, Marx menyarankan agar kaum proletar berjuang untuk mendobrak ketidakadilan melalui sebuah perjuangan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. Konsep yang senada dengan Weber dan Karl Marx diajukan oleh Joseph S. Roucek dan Roland R. Warren yang mengatakan, bahwa sosiologi
mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok. Demikian juga dengan William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff yang mengatakan, bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan organisasi sosial. Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, Alex Inkeles (1965) memadukan berbagai konsep tersebut, sehingga sosiologi dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan sosial, institusi sosial, dan masyarakat. Semakin lama objek yang dikaji sosiologi semakin meluas, sehingga Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi mempelajari tiga aspek sebagai berikut.


a. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam  gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya.

b. Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya gejala geografis, gejala biologis, dan sebagainya.

c. Sosiologi juga mempelajari ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial.

Dua orang sosiolog Indonesia, yaitu Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menjelaskan lebih rinci pemahaman mengenai sosiologi. Menurut mereka, sebagai ilmu kemasyarakatan, sosiologi mempelajari struktur dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur pokok dalam masyarakat itu meliputi kaidah-kaidah (norma-norma kemasyarakatan), lembaga-lembaga, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan dalam masyarakat. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik, antara hukum dengan kehidupan beragama, antara aspek kehidupan beragama dengan masalah ekonomi, dan sebagainya.

Sebuah konsep pemikiran lain yang lebih rinci, sehingga membuat kajian sosiologi bersinggungan dengan berbagai cabang ilmu lain disampaikan oleh Hassan Shadily dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Masyarakat Indonesia.
Di dalam bukunya,  Shadily menjelaskan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang menguasai kehidupan; dengan mencoba  mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh; serta berubahnya perserikatan-perserikatan, kepercayaan dan keyakinan. Untuk menganalisis cara hidup dan bergaul manusia perlu dipelajari sifat-sifat biologi manusia, seperti perasaan lapar, sakit, takut, dan kebutuhan seks yang lebih banyak diatur oleh peradaban masyarakat



Ciri – Ciri Ilmu Sosiologi
Sosiologi adalah studi ilmiah atau bisa disebut juga sebagai ilmu (science) kriteria yang bisa menjelaskan sosiologi disebut sebagai ilmu adalah sebagai berikut:
a. Empiris Dan Rasional
~> Didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. Hal ini didasarkan pada pengamatan dan penalaran. Pengamatan berarti semua yang berhubungan dengan panca indera manusia, yang dialaminya dalam kehidupan social. Penalaran berarti semua yang berhubungan dengan akal budi manusia / bersifat rasional.
b. Teoretis
~> Ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil – hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur – unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan menjelaskan hubungan sebab akibat i. Suatu teori merupakan hubungan antara 2 fakta atau lebih  pengaturan fakta menurut cara – cara tertentu.
c. Kumulatif
~> Dibentuk atas dasar teori – teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori – teori yang lama. Misalnya : teori sosiologi dipadukan dengan teori pendidikan dan dikaitkan dengan teori keluarga, karena dalam keluarga mengandung unsur pendidikan.
d. Nonetik / Non-etis
~> Yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta tertentu, melainkan tujuannya untuk menjelaskan secara analitis. Sosiologi bukan cabang ilmu yang membahas hal tersebut, yaitu etika. Sosiologi berbeda dengan etika.



Metode Penelitian dalam Sosiologi

Metode Penelitian dalam Sosiologi
Metode merupakan cara kerja yang digunakan untuk memudahkan kita dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan, agar tercapai tujuan seperti yang telah ditentukan dan diharapkan.
Metode sekurang-kurangnya memiliki beberapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:
1.                 Ada permasalah yang akan dikaji atau diteliti.
2.                Ada hipotesis, yaitu kesimpulan bersifat sementara, yang harus dibuktikan kebenarannya melalui data. Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalah yang akan dikaji melalui teori yang ada.
3.                Ada usulan mengenai cara kerja atau cara penyelesaian permasalah dari hipotesis yang ada.
Ada banyak metode yang dilakukan para ahli dalam mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Pada saat ini telah berkembang menjadi sebuah metodologi penelitian untuk memperdalam dan menganalisis perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Beberapa metode yang digunakan dalam sosiologi adalah sebagai berikut:
1. Studi cross-sectional dan longitudinal
Studi cross-sectional adalah studi yang meliputi suatu daerah pengamatan yang luas dalam suatu jangka waktu tertentu. Misalnya, penelitian tentang pengukuran kepuasan dan ketidakpuasan terhadap siaran salah satu stasiun televisi swasta selama satu tahun dengan penyebaran lokasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Studi longitudinal adalah studi yang berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian observasi sebelum dan sesudah. Misalnya, melihat tingkat kemiskinan suatu daerah sebelum dan setelah mendapatkan bantuan dengan daftar pertanyaan yang sama.
Secara sederhana, pengumpulan pendapat umum dalam skala nasional disebut studi cross-sectional, sedangkan penggunaan daftar pertanyaan yang sama diulang dalam selang waktu akan diperoleh suatu perbandingan atau yang disebut pula secagai studi longitudinal.
2. Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan
Dalam penelitian laboratorium, subjek orang dikumpulkan di dalam suatu tempat atau laboratorium kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan peneliti kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan. Sedangkan eksperimen lapangan adalah pengamatan yang dilakukan di luar laboratorium di mana peneliti memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek secara umum kemudian diamati hasilnya dan ditarik kesimpulannya.
3. Metode evaluasi
Metode ini biasa dilakukan untuk mengukur keefektifan suatu program kegiatan dengan tujuan untuk melihat keberhasilan program melalui pengetahuan yang ilmiah. Misalnya, tentang evaluasi pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam sistem pendidikan nasional kita. Biasanya dalam penelitian evaluasi ini banyak menggunakan variabel yang harus dikendalikan dan tidak mudah karena sering kali antara hasil kesimpulan yang ada dengan kenyataannya berbeda.
4. Metode kuantitatif dan kualitatif
a. Metode kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode menggunakan angka-angka yang kemudian diolah dan diwujudkan dalam bentuk statistik, seperti skala, tabel, indeks, dan lainnya. Metode kuantitatif mencakup dua metode berikut.
1.                 Metode statistik, adalah metode dalam sosiologi yang bertujuan untuk menelaah gejala-gejala sosial secara matematis. Penerapan metode ini yang paling sederhana adalah teknik enumerasi (penghitungan). Jawaban pertanyaan responden disusun dalam bentuk tabel sehingga diketahui hasilnya secara kuantitatif.
2.                Metode sosiometri, adalah metode yang mempergunakan skala-skala dan angka-angka dalam rangka mengetahui hubungan sosial antar manusia dalam masyarakat.

b. Metode kualitatif
Metode kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada terjadinya interaksi yang membentuk tindakan dan kondisi sosial tertentu. Yang termasuk metode kualitatif adalah sebagai berikut:
1.                 Metode historis, adalah metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa pada masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
2.                Metode komparatif, adalah metode pengamatan dengan membandingkan antara bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan sebagai petunjuk perilaku suatu masyarakat pertanian Indonesia pada masa lalu dan masa depan.
3.                Metode studi kasus, adalah metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga-lembaga, maupun individu-individu. Alat-alat yang dipergunakan oleh metode studi kasus adalah misalnya wawancara (interview), pertanyaan-pertanyaan (questionnaires), dan daftar pertanyaan-pertanyaan (schedules), dan lain-lain.




5. Metode induktif dan deduktif
Metode induktif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kaidah umum dengan mempelajari gejala yang khusus. Metode deduktif adalah metide yang digunakan untuk memperoleh kaidah khusus dengan mempelajari gejala yang umum.
6. Metode survei lapangan
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data yang ada di lapangan atau masyarakat secara langsung. Data diperoleh melalui angket, wawancara, ataupun observasi secara langsung/ Persiapan-persiapan yang dilakukan adalah menentukan populasi  yang hendak diteliti, sekaligus menentukan sampel objek penelitian, membuat instrumen (angket) dengan bahasa yang dapat dipahami objek, melakukan pendekatan sosial, dan persiapan lainnya.
7. Metode partisipasi
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang kehidupan kelompok. Peneliti berbaur dalam kehidupan kelompok sambil melakukan pengamatan atau kegiatan penelitiannya tanpa mengungkapkan identitas sebagai peneliti. Peneliti tidak boleh terlibat secara emosional terhadap kelompok yang ditelitinya. Hal itu akan menyebabkan peneliti kehilangan jejak tentang apa yang dicari dalam penelitian itu.
8. Metode empiris dan rasionalistis
Metode empiris berdasarkan pada fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Metode rasionalistis berdasarkan pada pemikiran sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah sosial kemasyarakatan.
9. Metode fungsionalisme
Metode ini bertujuan untuk meneliti kegunaan lembaga kemasyarakatan dan struktur sosial.
10. Metode studi pustaka
Metode dengan mengumpulkan data atau keterangan melalui literatur di perpustakaan. Kelebihan dari metode ini yaitu dapat memperoleh banyak sumber tanpa memerlukan banyak biaya, tenaga, dan waktu karena buku-bukunya terkumpul di dalam ruangan perpustakaan. Akan tetapi, yang menjadi kekurangannya adalah dibutuhkan kepandaian peneliti untuk mencari buku-buku yang relevan agar dapat dipakan sebagai sumber perolehan data dalam penelitian tersebut.
Metode-metode sosiologi tersebut bersifat saling melengkapi dan para ahli sosiologi sering kali menggunakan lebih dari satu metode untuk menyelidiki objeknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar